<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/5604202750397790729?origin\x3dhttp://klarisastime.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Klarisa’s Time…
It’s all about my life and my extraordinary experience
i said, your eyes are
the brightest of all the colours.




you'll always be my thunder,
so bring on the rain.


your voice,
was the soundtrack of my summer.
BAPER


Dan gua kembali hadir dengan setumpuk masalah di pikiran. Gua cuma manusia biasa. Penuh keterbatasan. Nggak bisa sempurna. Bisa bosen. Yang bisa sombong. Yang bisa iri. Yang bisa jadi lemah sekalipun muka gua akan mengeras. Tapi memang itu kan yang dilakuin makhluk hidup? Nggak bisa semua bagiannya jadi keras. Akan ada satu bagian yang lemah. Misalnya vertebrata. Tulang punggung mereka keras untuk menopang organ-organ lemah lain di sekelilingnya. Kebalikan dari Crustacea yang punya badan lunak, tapi dilindungi cangkang keras. Kalau manusia bisa dikelompokkan seperti itu, mungkin gua akan masuk ke filum Crustacea.

I try to hide everything so that people wont see what I'm really feeling. I want them to see me as a happy person. An Icha who doesnt have any problem in her life. I feel disgusting when people give a pity on me.

Oke. Icha baper.

Lain lagi masalahnya sama nyokap. Entahlah, gua nggak ngerti. Kadang gua nggak salah apa-apa, tiba-tiba aja nyokap bisa marah sama gua. Atau salah satu dari gua dan adik gua salah, dua-duanya past kena batunya. Semua pekerjaan harus serba cepat dan teratur. Kaya robot. I cant do that.

Dan dua hari ini nyokap lagi mogok masak. Ya gua sih nggak terlalu peduli. Itung-itung gua diet. Kalaupun makan, gua bisa masak indomie atau beli makan di luar. Entah sampai kapan.

Lagi, gua nggak ngerti. Nyokap nggak secara jelas ngasih tau dia pengennya gua masuk jurusan mana kuliah nanti. Semua diserahin ke gua. Tapi begitu gua kasih option, nyokap kaya nggak suka gitu. Terus ya gua bisa apa? Jadi keras kepala? Rasaya bersalah, tahu. Seakan semua perkataan nyokap semua bener.

Jujur aja, gua nggak mau kuliah akuntansi. Somehow, gua nggak suka. Begitu juga dengan jadi guru kumon ataupun kuliah jadi programmer. Gua nggak suka.

Ini susah waktu lu terbiasa dikekang oleh keinginan nyokap lu dan tiba-tiba nyokap ngebebasin lu milih. Kaya orang buta yang baru bisa ngeliat dan udah disuruh belanja ke pasar serta diperlakuin sama kaya orang yang seumur hidupnya ngeliat.

Pertama, gua mau jadi fashion designer dan nyokap ngelarang. So gua nggak lagi mikirin tentang itu. Waktu gua udah nggak ada passion ke sana, nyokap tiba-tiba nanya, "Kamu suka fashion design?" wkaut dia ngeliat gua bawa pulang tas Lasalle setelah workshop.

Kedua, gua bilang mau kerja di bank. Nyokap bilang, gajinya kecil.

Ketiga, gua mau kuliah bahasa Mandarin. Nyokap suruh gua kuliah bahasa Inggris which mean gua harus bersaing dengan anak-anak sekolah internasional yang kini menjamur. Tapi begitu gua bilang, oke, gua kuliah bahasa Inggirs, nyokap malah bilang lagi. "Memangnya kuliah bahasa mau jadi apa?"

Nyebelin kagak, sih?

Belom lagi, kadang gua ngeras Tuhan nggak adil. Memang katanya Tuhan itu memberkati orang-orang yang mau usaha, tapi gimana sama gua? Gua udah usaha, dan hasilnya sama aja kaya gua nggak usaha. Terus usaha gua selama semalaman itu kemana? Ditelan bumi? Bahkan temen-temen gua yang usaha pake cara-cara nyimpang aja dapet bagus dan lulus KKM? Kenapa gua yang caranya lurus-lurus aja, nggandalin otak, dan dibuat ngerasa udah yakin, musti dijatohin kaya orang nggak belajar?