What Family Is For
Selasa, 22 Juli 2014 @ 19.39
Harusanya gua nggak nulis di sini. Harusnya. Tapi ada banyak hal yang nggak bisa gua ungkapin secara langsung. Kenapa akhirnya gua memilih nulis di sini? Pertama, gua nggak tahu ada yang baca blog ini atau nggak. Dan kedua, kalaupun gua nulis di sini, mungkin mereka nggak tahu gua siapa. Sekalipun ada temen gua yang baca, paling siapa? Seli, Yoan, ya paling nggak jauh-jauh dari mereka. Itupun kalau mereka masih inget gua punya blog ini.
Gua sadar, gua berubah banyak dari gua kecil sampai sekarang gua 16 tahun. Banyak banget. Nggak cuma dari segi fisik yang pastinya makin gede dan tinggi, tapi juga dari sifat. Kalau dulu bisa dibilang gua cerewet. Ya sampe sekarang sih masih cerewet. Tapi dulu gua gampang banget cerita sama orang tentang diri gua sendiri. Tapi sekarang, nggak. Kalau gua nggak bener-bener merasa deket sama mereka, gua nggak akan cerita.
Sekalipun gua deket sama Erick, Liza, Sarah, ataupun Christine, gua nggak pernah cerita apapun tentang masalah yang bener-bener penting dalam hidup gua. Ya paling gua cuma cerita tentang masalah sekolah ataupun orang yang gua taksir. Sementara sama Yoan, Seli, dan Gaby, gua bisa cerita panjang tentang keluarga gua--sekalipun jarang banget gua lakuin.
Yang paling sering, gua nulis. Apa kek gua tulis. Sesuka-suka hati gua. Kaya ini nih.
Dan karena masalah-masalah yang ada di keluarga gua juga, gua jadi lebih suka menulis cerita tentang keluarga daripada pacar-pacaran. Dari apa yang gua tulis, di sana ada impian gua, cita-cita gua, dan tekanan yang gua rasain.
Mungkin ini terdengar agak kasar, tapi gua nggak suka terjebak di antara keluarga gua sendiri. Kalau di rumah, gua lebih suka diem di kamar gua kalau orang tua gua udah pulang. Gua males mendengarkan apa yang mereka omongin.
Bukannya berniat jadi anak durhaka, tapi apa ya, gua nggak suka kalau salah satu dari mereka saling ngejelek-jelekin yang lainnya. Tapi kayanya mereka sama-sama nggak ada yang sadar atau seenggaknya engeh sama perasaan gua.
Mungkin karena gua terlalu diam. Ya, gimana gua mau bicara? Kalau gua ngomong dianggap ngelawan orang tua. Jadi apa yang bisa gua lakuin selain diam?
Gua merasa kaya anak gak tahu diri. Gua pengen cepet-cepet dewasa, kerja, punya duit sendiri, tinggal sendiri. Then ya, begitu.
Hah. Gua emang rada-rada.