Everyone Knew The Secret
Selasa, 13 Maret 2012 @ 21.25
Woke! Setelah selesai ber-galau-ria, meski masih belom puas, mari lanjutkan sifat anak yang sedang jatuh cinta ini. Hahaha...
Kuya... Kuya... Kuya... Cerita tentang dia seakan nggak pernah habis untuk diceritakan.
Dimulai ketika pagi ini gua masuk sekolah dengan hujan kembali mengguyur. Cukup deras dan lama. Bu Ida menyuruh semua anak untuk langsung masuk ke kelas.
Gua pun pergi ke tangga depan ruang band. Di sana ada kuya yang sedang berdiri sambil nyengir seperti biasa. Gua memasang ekspresi wajah sedatar mungkin.
Lalu, saat pelajaran pertama. Seharusnya pelajaran olah raga, tapi Karen gurunya ada pengambilan nilai ujian praktek, maka kelas gua pin nggak punya tugas dan nggak ada guru yang ngawasin. Beberapa anak, termasuk gua keluar kelas.
Gua melihat ke arah tangga, berharap ada kuya. Ternyata yang ada Petrick. Dan ternyata di belakang Petrick ada Kuya! Buru-buru gua nengok ke arah lain karena nervous berat!
Waktu pelajaran TIK, kelas gua disuruh ke lab komputer. Saat melewati kelas 9c, di sana ada Kuya lagï berdiri menghadap lapangan. Di dekatnya juga ada beberapa anak lain.
Tiba-tiba Kak Putoy teriak, "Budi... Budi... Ada Icha. Cha, ada *kuya* tuh!"
Gua tetep jalan, menganggap Kak Putoy nggak ada. Lalu dari depan gua, ada si Samtohadi juga sama kaya Kak Putoy. "Budi... Budi..." katanya.
Gua masuk lab komputer dengan perasaan nggak tenang.
Saat jam pelajaran TIK selesai. Gua balik ke kelas paling terakhir. Sama seperti tadi, Kuya masih melihat ke arah lapangan. Dan Kak Putoy kembali nge-cengcengin gua. Tanpa Samtohadi di sana.
Oh Tuhan... Anak-anak kelas 9 udah pada tahu. Apakabar nasib gua esok hari?